Rabu, 09 November 2011

Kisan Nabi Muhammad SAW


Sepenggal Kisah Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad bin Abdullah saw adalah nabi terakhir. Lahir pada tahun 570 M di Mekah. Diutus menjadi nabi ketika berusia empat puluh tahun. Selama tiga belas tahun Nabi saw berdakwah Islam di Mekah. Di Mekah Nabi saw mengalami banyak sekali kesulitan. Selama periode Mekah ini Nabi saw mendidik beberapa orang pilihan. Kemudian Nabi saw hijrah ke Madinah. Di Madinah Nabi saw mendirikan sentranya. Selama sepuluh tahun Nabi saw terang-terangan berdakwah Islam di Madinah. Nabi saw melakukan sejumlah perang yang berhasil menundukkan kaum Arab yang arogan. Pada akhir periode ini seluruh jazirah Arab memeluk Islam. Al-Qur’an Suci diwahyukan kepadanya secara bertahap dalam waktu dua puluh tiga tahun. Kaum Muslim memperlihatkan dedikasi yang luar biasa dan takzim kepada Al-Qur’an dan kepada pribadi Nabi Muhammad saw. Nabi saw wafat pada tahun 11 H pada tahun ke-23 misi kenabiannya dalam usia enam puluh tiga tahun. Nabi saw meninggalkan suatu masyarakat yang belum lama lahir, suatu masyarakat yang penuh dengan semangat spiritual, suatu masyarakat yang mempercayai suatu ideologi yang konstruktif dan yang menyadari tanggung jawabnya di dunia.
Ada dua hal yang memberi masyarakat yang baru lahir ini semangat antusiasme dan persatuan: Pertama, Al-Qur’an yang menyemangati kaum Muslim, yang senantiasa dibaca oleh kaum Muslim. Kedua, pribadi mulia dan berpengaruh Nabi saw yang sangat memesona kaum Muslim. Kini kami bahas secara ringkas pribadi Nabi Suci saw.
Masa Kanak-kanak
Muhammad saw masih berada dalam rahim ibundanya, ketika ayahandanya, yang kembali dari perjalanan bisnis ke Syiria, meninggal di Madinah. Kemudian Abdul Muthalib, kakeknya, mengambil alih pengasuhannya. Sejak kanak-kanak, tanda-tanda bahwa kelak dia akan menjadi nabi sudah terlihat jelas dari keistimewaan dan perilakunya. Abdul Muthalib secara intuitif mendeteksi bahwa cucunya memiliki masa depan yang luar biasa cemerlang.
Muhammad saw baru berusia delapan tahun ketika kakeknya juga meninggal. Dan sesuai dengan wasiat kakeknya, pengasuhan Muhammad saw diberikan kepada paman Muhammad saw yang bernama Abu Thalib as. Abu Thalib as juga terkejut ketika tahu bahwa perilaku anak ini beda dengan perilaku anak-anak lainnya. Tak seperti anak-anak sekitamya, Muhammad saw tak pemah tamak dengan makanan. Dan tak seperti adat yang berlaku pada masa itu, Muhammad saw selalu menyisir rapi rambutnya, dan wajah serta tubuh Muhammad saw selalu bersih.
Suatu hari Abu Thalib ingin Muhammad saw berganti pakaian di hadapan Abu Thalib sebelum pergi tidur. Si kecil Muhammad saw tak menyukai keinginan seperti itu. Namun karena tak dapat mentah-mentah menolak keinginan pamannya, si kecil Muhammad saw meminta pamannya untuk memalingkan mukanya ketika Muhammad saw melepaskan pakaiannya. Tentu saja Abu Thalib kaget, karena orang dewasa Arab sekalipun pada masa itu tak menolak bila diminta telanjang bulat di hadapan orang lain. Kata Abu Thalib: “Aku tak pernah mendengar dia berbohong, juga tak pernah aku melihat dia melakukan sesuatu yang tak senonoh. Kalau perlu saja Muhammad tertawa. Dia juga tak ingin ikut dalam permainan anak-anak. Dia lebih suka sendirian, dan selalu sopan, rendah hati dan bersahaja.”
Tak Suka Nganggur dan Malas-malasan
Beliau saw tak suka nganggur dan bermalas-malasan. Beliau saw senantiasa mengucapkan: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, ketidakberdayaan dan sesuatu yang tak ada nilainya.” Beliau saw selalu menyuruh kaum Muslim untuk bekerja keras dan kreatif. Beliau saw selalu mengatakan bahwa kemuliaan itu memiliki tujuh bagian, dan bagian terbaiknya adalah mencari nafkah dengan halal.
Jujur
Nabi saw, sebelum diutus menjadi rasul, mengadakan perjalanan ke Syiria untuk kepentingan Khadijah as. Dan Khadijah as ini di kemudian hari menjadi istrinya. Perjalanan ini, lebih dari sebelumnya, memperjelas kejujuran dan efisiensinya. Kejujuran dan keandalannya jadi begitu terkenal, sampai-sampai dia mendapat julukan tepercaya (al-Amin). Orang mempercayakan penjagaari harta mereka yang berhafga kepada Muhammad saw. Bahkan setelah diutus menjadi rasul, meskipun memusuhinya, kaum Quraisy tetap saja menyerahkan penjagaan harta berharga mereka kepadanya karena merasa yakin akan aman di tangannya. Itulah sebabnya ketika hijrah ke Madinah, Muhammad saw meninggalkan Imam Ali bin Abi Thalib as untuk beberapa hari demi mengembali-kan titipan kepada para pemiliknya.
Menentang Kezaliman
Pada masa pra-Islam, ada perjanjian yang dibuat oleh para korban kekejaman dan kezaliman dengan tujuan untuk melakukan upaya bersama guna melindungi kaum tertindas terhadap para tiran yang zalim. Perjanjian ini dikenal dengan nama “Hilful Fudhûl”. Perjanjian ini dibuat di rumah Abdullah bin Jad’in di Mekah oleh tokoh-tokoh penting tertentu pada masa itu. Kemudian, selama masa kenabiannya, Muhammad sering menyebut perjanjian ini. Beliau mengatakan masih mau ikut dalam perjanjian serupa, dan tak mungkin melanggar isi perjanjian.
Sikap Terhadap Keluarga
Muhammad saw baik hati sikapnya terhadap keluarganya. Terhadap istri-istrinya, Muhammad saw tak pernah kasar sikapnya. Orang-orang Mekah pada umumnya merasa aneh dengan perilaku baik seperti itu. Nabi saw mentoleransi perkataan sebagian istrinya yang terasa menyakitkan hati, meskipun perkataan semacam itu tidak disukai sebagian istrinya yang lain. Nabi dengan penuh empati mengajak para pengikutnya untuk bersikap baik hati terhadap istri-istri mereka, karena, seperti sering kali diucapkannya, lelaki dan perempuan itu keduanya sama-sama memiliki sifat baik dan sifat buruk. Suami tidak boleh cuma gara-gara kebiasaan istri­nya yang tak menyenangkan lalu menceraikannya. Jika suami tak menyukai beberapa sifat istrinya, istri tentu memiliki sifat-sifat lain yang menyenangkannya. Dengan demikian urusannya jadi seimbang. Nabi Suci saw sangat menyayangi anak-anak dan cucu-cucunya. Nabi saw memperlihatkan rasa cinta dan kelembutan hatinya kepada mereka. Nabi saw mencintai mereka, memangku mereka, mendudukkan mereka di atas kedua bahunya dan menciumi mereka. Semua ini bertentangan dengan adat dan kebiasaan masyarakat Arab pada masa itu.
Nabi saw juga memperlihatkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak-anak kaum Muslim. Nabi saw memangku mereka dan mengusap-usap kepala mereka. Para ibu sering kali membawa anak-anak mereka kepada Nabi saw untuk mendapatkan berkahnya. Bahkan pernah ada kejadian anak mengencingi pakaian Nabi saw. Dan para ibu pun jadi marah serta merasa malu. Sebagian ibu mencoba menghentikan anak main air. Namun Nabi Suci Saw. meminta ibu-ibu itu untuk tidak mengganggu anak tersebut. Nabi saw mengatakan bahwa anak itu akan membersihkan pakaiannya kalau pakaian itu kotor.
Sikap Terhadap Sahaya
Nabi saw luar biasa baik hati sikapnya terhadap kaum sahaya. Nabi saw suka mengatakan kepada orang bahwa sahaya adalah saudara. Nabi saw mengatakan: “Beri mereka makanan sepeiti yang kamu makan, pakaian seperti yang kamu pakai. Jangan paksa mereka mengerjakan sesuatu yang terlalu sulit bagi mereka. Beri mereka pekerjaan mereka, dan bantulah mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Jangan panggil mereka dengan sebutan budak, karena semua manusia adalah hamba Allah. Allahlah Tuan sejati bagi semua manusia. Panggillah sahaya lelaki dan sahaya perempuanmu dengan panggilan anak muda.”
Islam memberikan kepada kaum sahaya semua kemudahan yang dapat diberikan, kemudahan yang melahirkan kemerdekaan penuh mereka. Nabi Suci saw menggambarkan perdagangan sahaya sebagai seburuk-buruk pekerjaan. Nabi saw mengatakan bahwa orang yang memperdagangkan manusia adalah seburuk-buruk orang di mata Allah SWT.
Bersih, Rapi dan Memakai Wewangian
Nabi saw sangat menyukai kebersihan, kerapian dan wewangian. Nabi saw mendorong sahabat dan pengikutnya untuk menjaga kebersihan tubuh dan rumah mereka dan untuk memakai we­wangian. Nabi saw khususnya mengajak mereka untuk mandi dan memakai wewangian pada hari-hari Jumat agar tak ada bau badan yang tak sedap yang dapat mengganggu jamaah salat Jumat.
Perilaku Sosial
Dalam kehidupan di tengah masyarakat, Nabi saw selalu baik hati, riang dan sopan terhadap semua orang. Nabi saw selalu yang lebih duluan memberikan salam, sekalipun kepada anak-anak dan para sahaya. Nabi saw tak pernah meregangkan kakinya di hadapan orang, dan tak pernah berbaring di hadapan orang. Kalau tengah bersama Nabi saw, semua orang duduk mengelilingi Nabi saw. Tak ada yang punya tempat khusus. Nabi saw selalu memperhatikan sahabat-sahabatnya. Kalau Nabi saw tak melihat siapa pun di antara sahabat-sahabatnya itu selama dua atau tiga hari, Nabi saw menanyakannya. Jika ternyata sahabat itu sakit, Nabi saw menjenguknya. Dan jika sahabat itu mendapat kesulitan, Nabi saw berupaya memecahkan problemnya. Dalam majelis, Nabi saw tak pernah bicara atau memberi perhatian hanya kepada seseorang, namun Nabi saw bicara dan memberikan perhatian kepada semuanya. Nabi saw tak suka kalau Nabi saw tinggal duduk saja lalu orang melayaninya. Nabi saw sendiri ikut dalam semua yang harus dikerjakan. Nabi saw suka mengatakan bahwa Allah SWT tak suka melihat seorang hamba yang merasa unggul sendiri.
Lembut Namun Tegas
Dalam masalah pribadi, Nabi saw lembut, simpatik dan toleran. Pada banyak peristiwa sejarah, toleransi Nabi saw merupakan salah satu alasan kenapa Nabi saw sukses. Namun dalam masalah prinsip ketika mengenai masalah kepentingan masyarakat atau hukum, Nabi saw tegas dan tak pernah memperlihatkan sikap toleran. Ketika peristiwa penaklukan atas Mekah dan kemenangan Nabi saw atas kaum Quraisy, Nabi saw mengabaikan kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan terhadap diri Nabi selama dua puluh tiga tahun. Nabi saw justru menyatakan amnesti umum. Nabi saw menerima permintaan maaf pembunuh paman tercintanya, Hamzah. Namun Nabi saw menjatuhkan hukuman kepada seorang wanita Bani Makhzum yang mencuri. Padahal wanita ini dari keluarga yang sangat terhormat, yang memandang penerapan hukuman atas dirinya sebagai penghinaan besar bagi keluarga tersebut. Keluarga ini tak henti-hentinya meminta Nabi saw untuk memaafkannya. Beberapa sahabat terkenal Nabi saw juga memintakan pengampunan baginya. Namun Nabi saw dengan marah me­ngatakan bahwa tidaklah mungkin karena untuk kepentingan seseorang lalu hukum Allah tidak diterapkan. Pada sore hari itu juga Nabi saw menyampaikan khotbah:
“Bangsa-bangsa dan umat-umat terdahulu mengalami kemunduran dan lalu punah akibat mereka bersikap diskriminatif dalam pelaksanaan hukum Allah. Kalau orang berpengaruh berbuat kejahatan, dia dibiarkan begitu saja. Namun jika orang lemah dan tak penting berbuat kejahatan, dia dihukum. Aku bersumpah demi Allah yang di tangan-Nya jiwaku bahwa aku akan tegas dalam melaksanakan keadilan sekalipun yang berbuat salah itu salah seorang keluargaku.”
Ibadah
Untuk sebagian malam, terkadang separo malam, dan terkadang sepertiga atau dua pertiga malam, Nabi saw selalu melakukan ibadah. Meski siang harinya sibuk, khususnya selama Nabi saw berada di Madinah, Nabi saw tak pernah mengurangi waktu ibadahnya. Nabi saw menemukan kenikmatan penuh dalam ibadah dan berkomunikasi dengan Allah SWT. Ibadahnya merupakan ungkapan cinta dan rasa syukur, dan motivasinya bukan keinginan masuk surga, juga bukan karena takut neraka.
Suatu hari salah seorang istrinya bertanya kepada Nabi saw, bahwa kenapa Nabi saw begitu kuat dedikasinya untuk ibadah? Jawab Nabi saw: “Kepada siapa lagi aku mesti bersyukur, kalau bukan kepada Tuhanku?”
Nabi saw sangat sering berpuasa. Di samping puasa di bulan Ramadhan dan di sebagian bulan Syakban, Nabi saw selalu puasa dua hari sekali. Nabi saw selalu melewatkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan iktikaf di masjid. Dalam iktikaf ini Nabi saw mencurahkan segenap waktunya untuk ibadah. Namun kepada umatnya Nabi saw mengatakan bahwa sudah cukup kalau berpuasa tiga hari setiap bulannya. Nabi saw suka mengatakan bahwa ibadah dikerjakan menurut kemampuan masing-masing, dan tidak boleh memaksakan diri, karena kalau dipaksakan, maka efeknya akan buruk. Nabi saw menentang kehidupan rahib, menentang sikap hidup yang tak mau terlibat dalam urusan duniawi, dan menentang sikap hidup yang menolak kehidupan berkeluarga. Beberapa sahabat Nabi saw mengutarakan niat untuk hidup seperti rahib. Nabi saw mencela mereka. Nabi saw sering mengatakan:
Tubuh, istri, anak-anak dan sahabat-sahabatmu semuanya punya hak atas dirimu, dan kamu hams memenuhi kewajibanmu.”
Bila salat sendirian, salat Nabi saw lama, bahkan terkadang Nabi saw berjamjam menunaikan salat sebelum subuh. Namun bila salat berjamaah, salat Nabi saw tidak lama. Dalam hal ini Nabi saw memandang penting memperhatikan orang-orang usia lanjut dan orang-orang yang lemah jasmaninya di antara para pengikutnya.
Hidup Sederhana
Hidup sederhana merupakan salah satu prinsip hidup Nabi saw. Makanan Nabi saw sederhana. Pakaian yang dikenakannya sederhana. Nabi saw, bila mengadakan perjalanan, caranya sederhana. Nabi saw lebih sering tidur di atas tikar, duduk di tanah, dan memerah susu kambing dengan kedua tangannya sendiri. Nabi saw, bila naik binatang tunggangan, tidak memakai pelana. Kalau sedang naik binatang tunggangan, Nabi tak mau ada pengiringnya. Makanan pokok Nabi saw adalah roti dan kurrna. Nabi saw memperbaiki sepatunya sendiri dan menjahit pakaiannya sendiri dengan kedua tangannya sendiri. Kendati hidup bersahaja, Nabi saw tak pernah menganjurkan filosofi asketisisme (hidup dengan disiplin diri yang keras dan berpantang dari segala bentuk kesenangan atau kenikmatan—pen.). Nabi saw percaya bahwa uang perlu dibelanjakan untuk kepentingan masyarakat dan untuk tujuan-tujuan halal lainnya. Nabi saw biasa mengatakan: “Sungguh menyenangkan kekayaan itu, jika didapat dengan cara yang halal oleh orang yang tahu cara membelanjakannya.”
Nabi saw juga mengatakan: “Kekayaan merupakan bantuan yang baik bagi ketakwaan.”
Ketetapan Hati dan Sabar
Tekad atau kemauan keras Nabi saw sungguh luar biasa. Tekad ini mempengaruhi para sahabatnya juga. Periode kenabiannya benar-benar merupakan pelajaran tentang kemauan keras dan kesabaran. Dalam masa hidupnya, beberapa kali kondisi sedemikian rupa sehingga kelihatannya tak ada lagi harapan, namun tak pernah ada kata gagal dalam benaknya. Keyakinannya bahwa dirinya pada akhirnya akan sukses, tak pernah goyah sekejap pun.
Kepemimpinan, Administrasi dan Konsultasi
Sekalipun para sahabat Nabi saw menjalankan setiap perintah Nabi saw tanpa ragu, dan berulang-ulang mengatakan percaya penuh kepada Nabi saw dan bahkan mau terjun ke sungai atau ke dalam kobaran api jika saja Nabi saw memerintahkannya, namun Nabi saw tak pernah menggunakan cara-cara diktator. Mengenai masalah-masalah yang belum ada ketentuan khususnya dari Allah SWT, Nabi saw berkonsultasi dengan sahabat-sahabatnya dan menghargai pandangan mereka, dan dengan demikian membantu mereka mengembangkan pribadi mereka. Ketika Perang Badar, Nabi saw menyerahkan persoalan mengambil aksi militer untuk menghadapi musuh, memilih lahan untuk mendirikan tenda, dan mengenai perlakuan terhadap tawanan, kepada nasihat sahabat-sahabatnya. Ketika Perang Uhud, Nabi saw berkonsultasi soal perlu tidaknya tentara Muslim bertempur dari dalam kota Madinah ataukah tentara Muslim perlu keluar dari kota. Nabi saw juga berkonsultasi dengan para sahabatnya ketika Perang Ahzab dan Tabuk.
Kebaikan had dan toleransi Nabi saw, keinginannya untuk mengupayakan ampunan bagi dosa-dosa umatnya, sahabat-sahabat­nya dan konsultasi dengan mereka yang dipandangnya penting, merupakan faktor-faktor utama yang memberikan sumbangsih bagi pengaruhnya yang luar biasa di kalangan para sahabatnya. Fakta ini ditunjukkan oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an memfirmankan:
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan din dari sekelitingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Âli ‘Imrân: 159)
Teratur dan Tertib
Semua tindakan Nabi saw teratur dan tertib. Nabi saw bekerja sesuai dengan jadwal. Nabi saw mengajak para sahabatnya untuk berbuat sama. Berkat pengaruh Nabi saw, para sahabat jadi penuh disiplin. Bahkan ketika Nabi saw memandang perlu merahasiakan keputusan tertentu agar musuh tidak menaruh syak wasangka terhadap kaum Muslim, para sahabat serta merta melaksanakan perintah Nabi saw. Misal, Nabi saw pernah memerintahkan agar para sahabat bergerak esok hari. Keesokan harinya semua sahabat yang diperintah itu bergerak bersama Nabi saw tanpa tahu maksud finalnya, dan para sahabat baru tahu maksudnya pada saat-saat terakhir. Terkadang Nabi saw memerintahkan beberapa orang untuk bergerak ke arah tertentu, memberikan surat untuk komandan mereka dan memerintahkan agar komandan tersebut membuka surat itu begitu sampai di tempat tertentu dan agar bertindak sesuai dengan perintah. Sebelum mencapai tempat tertentu, mereka tidak tahu maksud mereka dan untuk apa mereka ke sana. Dengan cara ini Nabi saw membuat musuh dan mata-mata tak tahu apa-apa, dan sering kali musuh serta mata-mata tak menduganya.
Mau Mendengarkan Kritik dan Tak Suka Pujian yang Bersifat Menjilat
Terkadang Nabi saw terpaksa menghadapi kritik para sahabat. Namun tanpa bersikap keras terhadap mereka, Nabi saw menjelas-kan keputusannya, dan para sahabat pun akhimya mau menerima. Nabi saw membenci sekali pujian yang bersifat menjilat. Nabi saw mengatakan: “Lemparkan debu ke wajah orang yang menjilat.”
Nabi saw suka bekerja sempurna. Nabi saw biasa mengerjakan sesuatu dengan benar dan efisien. Ketika Sa’ad bin Mu’adz meninggal dan kemudian dibaringkan di makamnya, Nabi saw dengan kedua tangannya sendiri meletakkan batu dan bata di makam Sa’ad persis pada tempatnya dan dengan efisien. Nabi saw bersabda: “Aku mau segalanya dikerjakan dengan benar dan efisien.”
Memerangi Kelemahan
Nabi saw tidak mengeksploitasi titik lemah dan kebodohan orang. Nabi saw justru berupaya memperbaiki kelemahan orang dan membuat orang mengetahui apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Pada hari meninggalnya putra Nabi saw yang berusia tujuh belas bulan, kebetulan terjadi gerhana matahari. Orang pada mengatakan bahwa gerhana tersebut terjadi karena duka cita yang merundung Nabi saw. Nabi saw tidak tinggal diam menghadapi pikiran yang keliru ini. Nabi saw kemudian naik ke mimbar dan mengatakan: “Wahai manusia! Bulan dan matahari adalah dua tanda dari Allah. Terjadinya gerhana keduanya bukan karena kematian seseorang.”
Memiliki Kualitas Sebagai Pemimpin
Nabi saw memiliki kualitas maksimum kepemimpinan seperti sifat mau tahu orang, teguh had, efisien, berani, tak takut meng­hadapi konsekuensi suatu tindakan, mampu melihat ke depan, mampu menghadapi kritik, mengakui kemampuan orang lain, mendelegasikan kekuasaan kepada orang lain yang mampu, luwes dalam masalah pribadinya, keras dalam masalah prinsip, memandang penting orang lain, memajukan bakat intelektual, emosional dan praktis mereka, menjauhkan diri dari praktik lalim, tidak meminta ketaatan buta, bersahaja dan rendah hati, bermartabat dan sangat memperhatikan pengelolaan sumber daya manusia. Nabi saw sering mengatakan: “Jika kamu bertiga mengadakan perjalanan bersama, maka pilih salah satu dari kalian sebagai pemimpin.”
Di Madinah, Nabi saw mendirikan sebuah sekretariat khusus. Nabi saw menunjuk sekelompok orang untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Ada ahli tulis wahyu yang bertugas menulis Al-Qur’an. Beberapa orang diberi amanat membuat draft dan menulis surat khusus. Beberapa orang diberi tugas mencatat transaksi legal. Beberapa orang diberi tanggung jawab memegang pembukuan. Beberapa orang diberi tanggung jawab membuat draft perjanjian. Semua perincian ini dicatat dalam buku sejarah seperti “Tarikh Ibn Wazih, al-Ya’qubi, at-Tanbîh wa al-Isyrâf karya Mas’udi, “Mu’jam al-Buldân” karya al-Bilâdzuri dan “at-Thabaqât” karya Ibn Sa’ad.
Metode Berdakwah
Dalam mendakwahkan Islam, metode Nabi saw lembut, tidak keras. Nabi saw terutama berupaya membangkitkan harapan, dan menghindari penggunaan ancaman. Kepada salah seorang sahabat, yang diutus Nabi saw untuk mendakwahkan Islam, Nabi saw mengatakan: “Bersikaplah yang menyenangkan, dan jangan bersikap keras. Katakan apa yang menyenangkan hati orang, dan jangan buat mereka jadi bend.”
Nabi saw memiliki perhatian yang aktif terhadap dakwah Islam. Pernah Nabi saw pergi ke Thaif untuk berdakwah. Pada musim haji, Nabi saw suka menyeru berbagai suku dan menyampaikan pesan Islam kepada mereka. Nabi saw pemah mengutus Imam Ali bin Abi Thalib as dan pada kesempatan lain Mu’adz bin Jabal ke Yaman untuk berdakwah. Sebelum ke Madinah, Nabi saw mengutus Mus’ab bin Umair untuk berdakwah di Madinah. Nabi saw mengutus sejumlah sahabat ke Ediiopia. Di samping untuk meng­hindari penganiayaan kaum musyrik Mekah, mereka mendakwah­kan Islam di Ethiopia dan memuluskan jalan bagi diterimanya Islam oleh Negus, Raja Ethiopia, dan 50 persen penduduk Ediiopia. Pada tahun ke-6 Hijrah, Nabi saw mengirim surat kepada pemimpin sejumlah negara di berbagai bagian dunia dan mengenalkan kepada mereka tentang kenabiannya. Sekitar seratus surat yang ditulis Nabi untuk berbagai pemimpin, sampai sekarang masih ada.
Mendorong Pengetahuan
Nabi saw mendorong para sahabat untuk mencari ilmu. Nabi saw mewajibkan anak-anak mereka untuk belajar membaca dan menulis. Nabi saw memerintahkan sebagian sahabat untuk belajar bahasa Syiria kuno. Nabi saw sering berkata: “Setiap Muslim wajib menuntut ilmu.”
Nabi saw juga mengatakan: “Di mana pun kamu mendapati satu ilmu yang berguna, ambillah. Tak masalah apakah ilmu itu ada pada orang kafir atau orang munafik.”
“Tuntutlah ilmu sekalipun hams pergi ke negeri Cina.”
Penekanan arti pentingnya ilmu ini menjadi sebab kenapa kaum Muslim begitu cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia untuk menuntut ilmu dan untuk mencari karya-karya ilmiah. Kaum Muslim tidak saja menerjemahkan karya-karya ini, namun juga menelitinya. Dengan begitu mereka menjadi penghubung antara budaya-budaya kuno Yunani, Roma, Iran, Mesir serta India, dan budaya modern Eropa. Dengan berlalunya waktu, kaum Muslim sendiri menjadi pendiri salah satu peradaban dan budaya terbesar dalam sejarah manusia, yang oleh dunia dikenal sebagai peradaban dan budaya Muslim.
Karakter dan perilaku Nabi saw, seperti sabda dan agamanya, lengkap. Sejarah tak pernah menyaksikan pribadi lain selain Nabi saw yang berhasil mencapai kesempurnaan dalam semua dimensi manusia. Memang Nabi saw merupakan seorang manusia yang sempurna.

Minggu, 13 Februari 2011


60 Pintu Pahala Dan Pelebur Dosa (1)
Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi dan utusan yang paling mulia.
Risalah ini ditujukan kepada setiap muslim yang beribadah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tujuan utama yang sangat urgen bagi setiap muslim adalah ia keluar meninggalkan dunia fana ini dengan ampunan Allah dari segala dosa sehingga Allah tidak menghisabnya pada hari Kiamat, dan memasukkannya ke dalam surga kenikmatan, hidup kekal didalamnya, tidak keluar selama-lamanya.
Di dalam risalah yang sederhana ini kami sampaikan beberapa amalan yang dapat melebur dosa dan membawa pahala yang besar, yang kesemuanya bersumber dari hadist-hadist yang shahih. Kita bermohon kepada Allah yang Maha Hidup, yang tiada Tuhan yang haq selain Dia, untuk menerima segala amalan kita. Sesungguhnya Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
1. TAUBAT
"Barangsiapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah akan mengampuninya" HR. Muslim, No. 2703.
"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima tobat seorang hamba selama ruh belum sampai ketenggorokan".
2. KELUAR UNTUK MENUNTUT ILMU
"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya dengan (ilmu) itu jalan menuju surga" HR. Muslim, No. 2699.

3. SENANTIASA MENGINGAT ALLAH

"Inginkah kalian aku tunjukkan kepada amalan-amalan yang terbaik, tersuci disisi Allah, tertinggi dalam tingkatan derajat, lebih utama daripada mendermakan emas dan perak, dan lebih baik daripada menghadapi musuh lalu kalian tebas batang lehernya, dan merekapun menebas batang leher kalian. Mereka berkata: "Tentu", lalu beliau bersabda: (( Zikir kepada Allah Ta`ala ))" HR. At Turmidzi, No. 3347.
4. BERBUAT YANG MA`RUF DAN MENUNJUKKAN JALAN KEBAIKAN
"Setiap yang ma`ruf adalah shadaqah, dan orang yang menunjukkan jalan kepada kebaikan (akan mendapat pahala) seperti pelakunya" HR. Bukhari, Juz. X/ No. 374 dan Muslim, No. 1005.
5. BERDA`WAH KEPADA ALLAH
"Barangsiapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun" HR. Muslim, No. 2674.
6. MENGAJAK YANG MA`RUF DAN MENCEGAH YANG MUNGKAR.
"Barangsiapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, jika ia tidak mampu (pula) maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman" HR. Muslim, No. 804.
7. MEMBACA AL QUR`AN
"Bacalah Al Qur`an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa`at kepada pembacanya" HR. Muslim, No. 49.
8. MEMPELAJARI AL QUR`AN DAN MENGAJARKANNYA
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya" HR. Bukhari, Juz. IX/No. 66.
9. MENYEBARKAN SALAM
"Kalian tidak akan masuk surga sehingga beriman, dan tidaklah kalian beriman (sempurna) sehingga berkasih sayang. Maukah aku tunjukan suatu amalan yang jika kalian lakukan akan menumbuhkan kasih sayang di antara kalian? (yaitu) sebarkanlah salam" HR. Muslim, No.54.
10. MENCINTAI KARENA ALLAH
"Sesungguhnya Allah Ta`ala berfirman pada hari kiamat: ((Di manakah orang-orang yang mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Aku akan menaunginya dalam naungan-Ku, pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku))" HR. Muslim, No. 2566.
11. MEMBESUK ORANG SAKIT
"Tiada seorang muslim pun membesuk orang muslim yang sedang sakit pada pagi hari kecuali ada 70.000 malaikat bershalawat kepadanya hingga sore hari, dan apabila ia menjenguk pada sore harinya mereka akan shalawat kepadanya hingga pagi hari, dan akan diberikan kepadanya sebuah taman di surga" HR. Tirmidzi, No. 969.
12. MEMBANTU MELUNASI HUTANG
"Barangsiapa meringankan beban orang yang dalam kesulitan maka Allah akan meringankan bebannya di dunia dan di akhirat" HR. Muslim, No.2699.
13. MENUTUP AIB ORANG LAIN
"Tidaklah seorang hamba menutup aib hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat" HR. Muslim, No. 2590.
14. MENYAMBUNG TALI SILATURAHMI
"Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya"
HR. Bukhari, Juz. X/No. 423 dan HR. Muslim, No. 2555.
15. BERAKHLAK YANG BAIK
"Rasulullah SAW ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau menjawab: "Bertakwa kepada Allah dan berbudi pekerti yang baik" HR. Tirmidzi, No. 2003.
16. JUJUR
"Hendaklah kalian berlaku jujur karena kejujuran itu menunjukan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukan jalan menuju surga"
HR. Bukhari Juz. X/No. 423 dan HR. Muslim., No. 2607.
17. MENAHAN MARAH
"Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu menampakkannya maka kelak pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk dan menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai" HR. Tirmidzi, No. 2022.
18. MEMBACA DO`A PENUTUP MAJLIS
"Barangsiapa yang duduk dalam suatu majlis dan banyak terjadi di dalamnya kegaduhan lalu sebelum berdiri dari duduknya ia membaca do`a:
(Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa Tidak ada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu) melainkan ia akan diampuni dari dosa-dosanya selama ia berada di majlis tersebut" HR. Tirmidzi, Juz III/No. 153.
19. SABAR
"Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim baik berupa malapetaka, kegundahan, rasa letih, kesedihan, rasa sakit, kesusahan sampai-sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan melebur dengannya kesalahan-kesalahannya" HR. Bukhari, Juz. X/No. 91.
20. BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
"Sangat celaka, sangat celaka, sangat celaka...! Kemudian ditanyakan: Siapa ya Rasulullah?, beliau bersabda: ((Barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya di masa lanjut usia kemudian ia tidak bisa masuk surga))" HR. Muslim, No. 2551.
21. BERUSAHA MEMBANTU PARA JANDA DAN MISKIN
"Orang yang berusaha membantu para janda dan fakir miskin sama halnya dengan orang yang berjihad di jalan Allah" dan saya (perawi-pent) mengira beliau berkata: ((Dan seperti orang melakukan qiyamullail yang tidak pernah jenuh, dan seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka" HR. Bukhari, Juz. X/No. 366. (Bersambung ke edisi berikutnya ....)
Judul Asli: 60 "baaban min abwabi Al-ajri wan kaffaraati al-khataya"- daarul wathan
Diterjemahkan oleh: Abdurrauf Amak Lc.

Jumat, 11 Februari 2011

Bersyukur


Belajar Bersyukur

Publikasi: 04/04/2003 09:28 WIB
 
eramuslim - Seorang Ibu terlihat gusar, setelah melihat tumpukan piring kotor di dapurnya. Semua itu bekas makan siang beberapa orang tamu yang baru saja berkunjung. Bukan karena banyaknya cucian piring, tetapi masih terlihatnya potongan-potongan daging bersisa, belum lagi sisa nasi yang masih menumpuk di piringnya. Ah… padahal untuk menyediakan lauk pauk itu tentu si ibu mesti mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Semua itu demi menjamu tamunya. Kalau saja para tamu itu hanya memakan daging dan mengambil nasi secukupnya saja, tentu tidak akan ada makanan bersisa di piring kotor. Dan anak-anaknya bisa ikut menikmati sebagian daging utuh lainnya. Melihat sisa potongan daging itu, si Ibu bingung, mau di buang ... sayang... mau di olah lagi… sudah kotor bercampur sisa makanan lain…. tapi Alhamdulillah tetangga sebelah punya kucing… mungkin ini rezeki si kucing.
***
     “Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl:18).

     Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat penghidupan (harta, ilmu, anak, waktu luang, ketentraman, dan lain-lain) serta nikmat-nikmat lain yang tak terkira. Namun dengan sekian banyak nikmat yang Allah berikan seringkali kita lupa dan menjadikan kita makhluk yang sedikit sekali bersyukur, bahkan tidak bersyukur, Na'udzubillahi min dzalik…
Seringkali kita baru menyadari suatu nikmat bila nikmat itu di ambil atau hilang dari siklus hidup kita. Ketika sakit, baru kita ingat semasa sehat, bila kita kekurangan baru kita ingat masa-masa hidup cukup.

     Syukur diartikan dengan memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah diberikan kepada kita, berupa perbuatan ma’ruf dalam pengertian tunduk dan berserah diri pada-Nya. Cobalah kita memikirkan setiap langkah yang kita lakukan. Bila makan tak berlebihan dan bersisa. Bayangkan, di tempat lain begitu banyak orang yang kesulitan dan bekerja keras demi untuk mencari sesuap nasi. Bahkan banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung, mencari makan dari tong-tong sampah. Lantas sedemikian teganyakah kita menyia-nyiakan rezeki makanan yang didapat dengan berbuat mubazir. Ketika punya waktu luang malah dipergunakan untuk beraktivitas yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Kala tubuh sehat, malah lebih banyak dipakai dengan melangkahkan kaki ke tempat tak berguna. Tidak terbayangkah bila nikmat itu hilang dengan datangnya penyakit atau musibah lainnya. Ah... alangkah ruginya… karena semuanya menjadi percuma disebabkan tidak bersyukurnya kita atas nikmat. Bahkan karena sikap-sikap tadi yang didapat hanyalah dosa dan murka-Nya. Na'udzubillah….

     Kita harus berusaha mengaktualisasikan rasa syukur kita dari hal-hal yang sederhana. Setiap aktifitas sekecil apapun usahakan untuk selalu sesuai aturan-Nya, selaku pencipta kita. Kerusakan yang sekarang timbul di sekeliling kita tidak lain karena sikap kufur nikmat sebagian dari kita. Bayangkan, negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi sebagian besar rakyatnya miskin. 

     Untuk itu, tidak ada salahya bila kita mulai dari diri dan keluarga, belajar bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Agar nikmat itu jangan sampai menjadi naqmah (balasan siksa), karena kufur akan nikmat-Nya. Mulailah untuk sering melihat kondisi orang-orang yang berada di bawah kita. Jika sudah, tentulah kita akan lebih banyak mengatakan “Alhamdulillah”. Seperti dalam hadits Rasulullah Saw, ”Perhatikanlah orang yang berada di bawah tingkatanmu (dalam urusan duniawi), dan jangalah kamu memandang kepada orang yang berada di atasmu. Itu lebih layak bagimu supaya kamu tidak menghina pemberian Allah kepadamu.” (HR.Muslim).

    “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kehilangan nikmat (yang telah Engkau berikan), dari siksa-Mu yang mendadak, dari menurunkannya kesehatan (yang engkau anugrahkan) dan dari setiap kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim dari Ibnu Umar). (Ervin Hidayati/ummu_fatih@yahoo.com)

Kamis, 10 Februari 2011

Anak Sholeh

CIRI ANAK SHOLEH DAN SHOLEHAH PDF Cetak Surel

Anak-anak mau tahu cirri anak yang sholeh & sholehah? Kalau mau, mari simak 10 nashihat berikut ini semoga kalian semua menjadi orang-orang yang beruntung.
Ciri-ciri anak yang sholeh & sholehah:
1. Cinta kepada Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan tidak beribadah kepada selainNya seperti beribadah kepada, Sapi, Kerbau, Matahari, Nyi Roro Kidul, Dewa-Dewi, Batu, Pohon-pohon besar, Kuburan orang sholeh, patung dan lain sebagainya.
2. Cinta kepada Muhammad SAW sebagai Nabi utusan Allah dengan mematuhi perintahnya dan menjauhi apa yang dilarangnya, serta percaya dengan risalah yang dibawanya yaitu hadits atau As-Sunnah.
3. Cinta kepada Al-Qur’an, dengan selalu membacanya, kemudian senantiasa muroja’ah berusaha menghafalnya karena orang yang menjaganya akan mendapatkan syafaat atau pertolongan kelak di hari kiamat atau hari pembalasan.
4. Cinta kepada shahabat-shahabat Muhammad SAW yang turut membela dan memperjuangkan Islam disisi Rasulullah SAW dengan tidak membenci mereka ataupun mencaci mereka.
5. Cinta kepada Keluarga Rasulullah yang turut berjuang bersama Rasulullah menyebarkan Islam ke seluruh negeri dan cinta kepada orang-orang yang selalu mengikuti jalannya Rasulullah SAW.
6. Cinta Sholat lima waktu dengan tidak sekalipun meninggalkannya serta mengerjakan sholat-sholat sunnah, bagi anak laki-laki berjama’ah di Masjid dan anak perempuan sholat di rumah mereka tepat pada waktunya.
7. Cinta masjid, karena masjid adalah rumah Allah dengan tidak membuat keributan di dalamnya serta tidak bercanda atau tertawa ketika sholat karena cinta mereka kepada Allah dan menghargai rumah Allah.
8. Cinta kepada kedua orang tua, dengan mematuhi perintahnya, tidak menyakiti hati mereka, selalu berbuat baik kepada mereka, berusaha menyenangkan hati orang tua dan tidak menyusahkan atau membandel terhadap keduanya.
9. Cinta kepada saudara, adik-kakak, kakek-nenek, paman-bibi, tetangga dan seluruh kaum muslimin di seluruh dunia.
10. Cinta dan sayang kepada fakir miskin, anak terlantar, anak yatim, dengan memberikan bantuan sesuai dengan keperluan mereka dan perduli serta tidak mencemooh atau mengolok-olok mereka sebab mereka adalah juga hamba Allah.
Semoga adik-adik bisa mengambil pelajaran dari 10 ciri anak sholeh dan sholehah ini. Amin
Rasulullah SAW = Muhammad SAW